Ciri Stroke Iskemik

Stroke iskemik dapat dinilai sebagai jenis penyakit stoke paling banyak menyerang orang-orang berusia 18-40 tahun. Berdasarkan hasil riset IDI tahun 2015, 80% dari seluruh jumlah penderita stroke di Indonesia mengalami stroke iskemik. Ciri stroke iskemik paling terlihat adalah terjadinya penyumbatan aliran darah menuju otak.

Ciri Stroke Iskemik dan Gejalanya

Stroke iskemik masih tergolong ringan karena dapat diobati dengan konsumsi obat stroke tanpa operasi seperti stroke hemoragik. Ciri stroke iskemik yang mudah dikenali yakni penderita mengalami pembengkakan pada bagian dalam otak. Penyebabnya karena terjadi penyumbatan maupun penggumpalan aliran darah.

Sementara itu, masa kritis dari penderita stroke iskemik sekitar 24-72 jam setelah serangan stroke terjadi. Berikut ini ciri-ciri gejala stroke iskemik yang biasanya dialami, yaitu:

  1. Sakit kepala luar biasa dan terjadi tiba-tiba,
  2. Kehilangan keseimbangan dan tidak dapat berjalan lurus,
  3. Rasa lelah yang melanda berlebihan,
  4. Pingsan dan koma,
  5. Pusing dan vertigo,
  6. Penglihatan menjadi kabur dan menghitam.
  7. Salah satu bagian tubuh mati rasa,
  8. Tidak dapat berkomunikasi dengan baik dan lidah terasa pelo saat berbicara.

Pengobatan Stroke Iskemik

Pasien stroke akan sembuh apabila memperoleh pengobatan sesuai jenis stroke yang dialami. Berikut ini beberapa pengobatan stroke iskemik yang terbukti paling manjur.

1. Terapi tPA

Terapi tPA atau Tissue Plasminogen Activator menjadi pengobatan yang efektif. Dimana obat tPA akan menguraikan gumpalan darah. Idealnya disuntikkan melalui pembuluh vena (intravena). 

Obat tPA hanya diberikan dalam waktu 4,5 jam setelah mengalami gejala stroke pertama kali. Jika dilakukan semakin cepat maka semakin baik dan membuat persentase kesembuhan lebih tinggi.

Sebelum stroke benar-benar menyerang pasien akan segera pulih dari gejala-gejala yang ditunjukkan. Terapi tPA tidak dapat dilakukan terhadap pasien stroke yang mengalami pendarahan pada bagian otak.

2. Prosedur Endovaskular

Pprosedur endovaskular juga dapat dilakukan guna memperkecil dampak stroke iskemik bagi tubuh. Endovaskular dapat diberikan langsung pada otak melalui kateter. Kateter berupa tabung tipis dengan ukuran panjang yang disalurkan melalui pembuluh arteri paha bagian dalam dan mengarahkan menuju otak.

Sehingga tPA dapat dilepaskan dengan tepat pada pembuluh arteri yang tersumbat. Endovaskular dinilai efektif jika kondisi gumpalan darah pasien terlalu besar dan tidak dapat dipecahkan.

Baca juga: Cara Belajar Efektif di Rumah Selama Pandemi

3. Penggunaan Obat Antiplatelet

Umumnya ketika pembuluh darah pecah, kepingan atau platelet darah bekerja menutupi luka dengan membekukan darah. Berbeda kondisinya jika terjadi pembekuan darah pada arteri karena memicu serangan stroke.

Antiplatelet dapat dianggap sebagai obat stroke pengencer darah. Berfungsi untuk mencegah pembekuan darah terjadi karena platelet. Pengobatan dengan antiplatelet yang populer diterapkan oleh dokter yakni acetylsalicylic acid (ASA) atau aspirin.

Biasanya hanya digunakan ketika pasien mengalami keadaan darurat. ASA atau aspirin tidak hanya berhasil mengencerkan darah. Namun, dapat menyalurkan darah menuju area yang terkena dampak pembekuan.

Pemberian aspirin kepada pasien harus dilakukan secara hati-hati. Oleh karenanya sangat penting dari pasien dan keluarga pasien memberitahukan riwayat penyakit. Selain itu, informasi tentang alergi, masalah pendarahan, dan pantangan medis tertentu menjadi pertimbangan dokter.

Sebenarnya antiplatelet tidak hanya terbatas pada aspirin saja. Beberapa obat antiplatelet lainnya yang dapat digunakan seperti dipyridamole, clopidogrel, dan ticlopidine. Dosis antiplatelet juga harus tepat supaya menghindari pendarahan lebih cepat karena luka.

4. Penggunaan Obat Antikoagulan

Seringkali dokter memberikan obat antikoagulan agar mengurangi risiko munculnya gumpalan darah baru. Obat antikoagulan akan mengubah komposisi kimia dalam darah supaya penggumpalan darah tidak terjadi.

Jenis obat stroke iskemik antikoagulan seperti apixaban, warfarin, dabigatran, rivaroxaban, dan edoxaban. Umumnya obat-obatan antikoagulan aman digunakan untuk jangka panjang. Ada juga antikoagulan seperti heparin yang diberikan dengan cara injeksi dan untuk pengobatan jangka pendek.

5. Obat Hipertensi 

Beberapa penderita stroke disebabkan karena kondisi tekanan darah yang begitu tinggi. Apabila hal ini terjadi, sangat direkomendasikan mengonsumsi obat penurun tekanan darah tinggi atau hipertensi. Obat hipertensi yang digunakan khusus stroke iskemik, yakni Diuretik thiazide, Beta-blockers, Calcium channel blockers, Alpha-blockers, dan Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors. 

6. Carotid Endarterectomy

Pada beberapa kejadian, stroke iskemik dialami karena pembuluh arteri yang ada di leher menyempit. Kondisi penyempitan tersebut dikenal dengan stenosis karotid. Apabila penyempitan semakin parah, maka pasien harus diambil tindakan operasi agar penyumbatan pembuluh darah dibuka.

Prosedur operasi pembukaan pembuluh darah dinamakan carotid endarterectomy. Ketika prosedur dijalani dokter melakukan pembedahan pada bagian leher pasien. Sehingga, ketika pembuluh arteri karotid terbuka, plak yang terdapat didalamnya mudah diangkat.