Tentang Dunia Pendidikan di Sulawesi

Beberapa waktu lalu, berita sulawesi tentang pendidikan kembali mencuat di permukaan. Tepatnya, saat Pelajar Islam Indonesia (PPI) dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) diberi kesempatan untuk bertemu dengan anggota DRPD. 

Kesempatan emas ini dimanfaatkan para pelajar untuk menyampaikan “uneg-uneg” yang dimiliki perihal tentang pendidikan di wilayah Sulawesi Tengah. Hal yang disampaikan tersebut bukanlah hasil pemikiran pribadi, melainkan aspirasi yang datang dari para pelajar.

Adapun aspirasi yang disampaikan dalam berita sulawesi tentang pendidikan merupakan hasil dari analisis dalam dunia pendidikan selama masa pandemi. Segala keterbatasan yang ada dinilai memperburuk kondisi pendidikan yang ada di wilayah mereka. 

Berita Sulawesi Tentang yang Pendidikan Rendah

Sudah bukan rahasia, pendidikan di daerah beribukota Palu memang masih berada di taraf rendah. Terutama setelah keputusan pemerintah untuk membatasi pertemuan tatap muka di sekolah-sekolah dan universitas. Dunia pendidikan pun mengalami kemerosotan. 

Hal ini tentu sangat disayangkan, mengingat kemajuan teknologi di Indonesia yang tergolong sudah membaik. Oleh karena itu, berita sulawesi tentang pendidikan kembali mencuat dan menjadi perhatian. Berikut beragam masalah pendidikan yang berada di Sulawesi Tengah:

1. Kualitas dan Profesionalisme Guru

Satu hal yang menjadi fokus utama dari berita sulawesi tentang dunia pendidikan adalah kualitas dan profesionalisme guru. Pasalnya, guru merupakan salah satu anak kunci dalam keberhasilan dunia pendidikan. 

Jika tenaga pendidik tidak dapat memenuhi standar pengajaran yang ditetapkan pemerintah, bagaimana anak didik akan maju? Di sinilah, fokus utama pemerintah setempat menjadi tumpuan dan harapan para warga. 

Dalam sebuah kesempatan, pemerintah menyampaikan kepada berita sulawesi tentang pendidikan mengenai beasiswa pendidikan. Beasiswa ini diberikan kepada 50 guru yang memiliki prestasi di Palu untuk meneruskan pendidikan hingga lulus magister. 

Langkah ini diharapkan dapat memicu semangat para guru untuk terus belajar, demi meningkatkan mutu pendidikan. Bagaimana pun mereka adalah gerbang utama untuk menciptakan bangsa yang cerdas dan berakhlak.

2. Penyebaran Tenaga Pendidik Belum Merata

Selain kualitas dan profesionalisme, penyebaran tenaga pendidik di Sulawesi Tengah dinilai belum merata. Ada sekolah yang memiliki banyak guru, bahkan satu guru untuk satu mata pelajaran. Sebaliknya, ada juga sekolah yang hanya memiliki 3 sampai 5 guru saja.

Sedikit atau banyak, hal ini tentu akan memberikan pengaruh tersendiri bagi kualitas pendidikan setempat. Akibatnya, label sekolah prestasi dan tidak prestasi semakin melekat di sekolah-sekolah. Lantas, bagaimana nasib sekolah yang berada di pelosok?

Ke depannya, warga ingin pemerintah untuk menguraikan stereotip tersebut, agar pendidikan di Sulawesi Tengah dapat maju bersama. Hal ini tentu sesuai dengan letak provinsi Sulteng yang sebagian wilayahnya masih berada di tempat-tempat terpencil.

Salah satu langkah yang akan diambil adalah mengalokasikan para sarjana pendidikan untuk membantu atau menggantikan guru-guru yang sudah ada. Memang butuh proses yang tidak sebentar, tetapi semoga ada langkah nyata yang diambil pemerintah. 

Baca juga: Karakteristik Batik Modern yang Estetik

3. Tata Sekolah Kurang Optimal

Sorotan berita sulawesi tentang pendidikan sampai kepada tata kelola yang diterapkan di masing-masing sekolah. Menurut hasil pengamatan, masih ada beberapa sekolah yang menggunakan manajemen zaman dahulu. Salah satunya yaitu double jabatan. 

Ternyata masih ada kepala sekolah yang sekaligus menjabat sebagai bendahara. Hal ini tentu dinilai tidak efektif dan efisien, terutama merujuk tugas dan kewajiban kepala sekolah yang terbilang sangat banyak. 

Selain itu, tata kelola tersebut sangat rentan terhadap tindak penyalahgunaan wewenang, baik sebagai kepala sekolah maupun bendahara. Pemerintah beserta jajarannya berharap hal seperti ini dapat segera diatasi, agar pendidikan dapat berjalan dengan lancar.

4. Fasilitas Pendidikan Kurang Memadai

Permasalahan juga terjadi pada sarana dan prasarana penunjang proses belajar-mengajar. Kesenjangan mengenai fasilitas tersebut masih sangat terasa di kalangan sekolah dasar, terutama dalam hal penggunaan teknologi informasi.

Apalagi di saat pandemi seperti ini, perbedaan itu amat kentara. Berita sulawesi tentang pendidikan menilai bahwa penyampaian materi semakin tidak maksimal. Selain keterbatasan waktu dan jaringan internet, pembelajaran daring juga memerlukan banyak biaya.

Oleh karena itu, para pelajar berharap pemerintah dapat memberikan sedikit keringanan, terutama bagi kalangan kurang mampu. Minimal untuk mencanangkan program internet murah atau subsidi kuota. 

5. Infrastruktur Kurang Baik

Infrastruktur untuk menuju sekolah di Sulawesi Tengah masih banyak yang kurang baik. Bahkan, beberapa di antaranya mengharuskan anak didik berjalan kaki cukup jauh untuk sampai di sekolah. 

Apalagi jika musim penghujan tiba, mereka pun harus memutar arah karena jalanan yang mudah licin dan rawan longsor. Hal seperti ini juga harus mendapat perhatian lebih, agar anak-anak dapat menjangkau sekolah dengan aman dan mudah. 

Keinginan tersebut sesuai dengan misi pemerintah Sulawesi Tengah yaitu untuk menyediakan layanan pendidikan dasar yang murah, terjangkau, dan berkualitas. Dengan infrastruktur yang baik, anak-anak akan semakin bersemangat untuk menuntut ilmu. 

Demikian sedikit ulasan berita sulawesi tentang pendidikan yang masih menjadi potret nyata. Semoga pemerintah tetap pada tujuan utamanya, yaitu membangun pendidikan di Sulawesi Tengah. Tujuannya agar anggaran pendidikan sebesar 40% dari APBD dapat tepat sasaran.