Bahasa Sulawesi Dalam Budaya Sulawesi

BAHASA SANG PENGENAL BUDAYA

Bahasa berasal dari bahasa Sanskerta yaitu bhāṣā. Ini berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk berkomunikasi dengan manusia lainnya menggunakan tanda. Misalnya kata dan gerakan. Kajian ilmiah bahasa disebut ilmu linguistik. Sehingga Bahasa Sulawesi pun merupakan jembatan seluruh manusia untuk dapat melakukan seluruh pencapaian dan tujuan dalam keberlangsungan hidup manusia.

Tentu saja Bahasa juga merupakan simbol suatu budaya. Bahasa dapat menjadi tanda pengenal dari sebuah budaya. Maka dari itulah Bahasa merupakan pokok terpenting dalam suatu budaya. Budaya Sulawesi salah satu budaya yang berada di Indonesia yang memiliki Bahasa yang sangat unik sehingga keunikan itu sendiri bisa menjadi pengenal antar suku dan budaya.

Kata Kunci : Budaya Sulawesi

Pada Kesempatan ini Bahasa yang terdapat didalam Budaya Sulawesi akan mejadi topik pembahasan artikel ini. Terdapat banyak Bahasa dalam budaya yang lahir pada daerah Sulawesi. Terlebih lagi Sulawesi memiliki enam provinsi yang tentu saja berpengaruh akan bentuk dan jenis Bahasa yang tercipta. Hampir setiap cakupan daerah memiliki Bahasa tersendiri.

Inilah Bahasa tradisional Budaya Sulawesi yang harus kamu ketahui :

BAHASA PONOSAKAN

Banyak ahli berpendapat bahwa Bahasa Ponosakan, termasuk dalam rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow, disebut sebagai bagian dari rumpun bahasa Filipina. Robert Blust, ahli bahasa Austronesia asal University of Hawaii at Mānoa. Para ahli juga menempatkannya dalam rumpun bahasa Filipina Tengah Raya, mencakup bahasa Tagalog yang menjadi bahasa nasional Filipina. Hal ini berarti Bahasa Ponosokan hampir mirip dengan Bahasa tagalog (Bahasa Negara Filipina ).

Kejadian tersebut juga di dukung oleh letak geografis Pulau Sulawesi yang sebelah selatannya berdekatan dengan Kepualaun Sulu, Filipina. Wah, terhanya hal sekecil itu berpengaruh dalam tata Bahasa. Mungkinnya terjadi percampuran budaya tersebut ketika zaman perdagangan dahulu.

Menurut Lobel, bahasa ini sudah dituturkan oleh suku Ponosakan sejak abad ke-17. Yang berarti Bahasa Ponosokan telah berada di dunia selama 4 abad. Sebelum Perang Dunia II pecah, bahasa ini tidak hanya menjadi bahasa mayoritas di daerah Belang saja, melainkan terdapat sejumlah pemukiman di sekitar daerah kota pesisir. Jadi terdapat pesebaran yang meningkat pada saat itu. Namun,  Menurut Lobel dituliskan bahwa penutur bahasa Ponosakan mulai berkurang sejak dekade 1920-an atau pada abad ketiga Bahasa ini dituturkan.

Masuk  tahun ke-1940-an, yang ditandai dengan kedatangan pendatang disebut turut menggerus dan mengurangi jumlah polulasi yang menggunakan bahasa tersebut. Masuk pada tahun 1970, Lobel menjelaskan bahwa bahasa Ponosakan sudah tidak lagi diteruskan dan di ajarkan secara turun menurun kepada generasi yang lebih muda. Maka dari itulah disini tugas generasi muda yang akan mejadi penerus bangsa. Harapan Indoenesia berada di pundak generasi muda.

BAHASA KONJO

Bahasa Konjo ialah rumpun ( sekumpulan bahasa-bahasa yang mempunyai perintis yang sama) dari bahasa Makassar. Bahasa Konjo juga merupakan cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa ini dituturkan oleh suku Konjo Pesisir, yang berada di sekitaran sudut tenggara provinsi Sulawesi Selatan. Menurut situs Ethnologue.com, penutur Bahasa Konjo kini hanya berjumlah sekitar 125.000 orang, nyaris sama dengan jumlah penduduk Kecamatan Tamalanrea.

Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Konjo Pesisir dan Konjo Gunung. Walaupun didalam satu lingkar Konjo, Bahasa antara pesisir dan gunung cukup berbeda. Hanya 75 persen leksikon atau kosakata bahasa Konjo Pesisir yang sama dan menyerupai dengan Bahasa Konjo Gunung.

Sementara itu, bahasa Konjo Pesisir memiliki 76 persen persamaan leksikon dengan bahasa Makassar. Perbedaan tersebutlah yang dapat menjadi ciri khas dan pengenal sebuah suku dan budaya. Namun bukan berarti tidak satu Budaya Sulawesi. Hal tersebut bermakna bahwa Budaya Sulawesi memiliki kekayaan yang melimpah dalam segi Bahasa.

Terlebih lagi bahasa Konjo ini merupakan Bahasa yang sering kali disebut sebagai salah satu dialek dalam bahasa Makassar selain Turatea, Lakiung dan Selayar. Penutur Bahasa Konjo saat ini tersebar di daerah bagian timur Kabupaten Bulukumba. Penduduk tersebut berdiam di Kecamatan Bontobahari, Bontotiro, Kajang, Herlang, dan sejumlah desa lain yang berada di sekitar empat kecamatan yang tadi telah disebutkan.

Maka dari itulah sangat banyak hal – hal yang dapat mempengaruhi Bahasa. Terlebih lagi Bahasa tradisional yang memiliki makna yang luas dan dalam bagi penutur Bahasa tersebut. Belajar sebuah Bahasa tradisional merupakan hal yang sangat menarik lho. Karena itu merupakan salah satu upaya dan usaha untuk tetap melestarikan dan menjaga budaya yang telah ada.

Bahasa tradisional dalam Budaya Sulawesi sebenarnya tidak hanya dua ini saja. Masih sangat banyak Bahasa tradisional yang dapat kamu kenali dan cari tahu lagi untuk menambah pengetahuan. Mari kita lestarikan budaya dan Bahasa yang terdapat di Indonesia.